Pages

Monday, November 23, 2015

[Review] Into The Badlands (AMC's Original Series)


Into the Badlands (2015– ) on IMDb

Genre: Action, drama
Year(s) of release: 2015
Segmen Penonton : Dewasa 
(sadisme, hal-hal berkaitan dengan seks, kompleksitas cerita)

Serial baru dari AMC yang satu ini menyajikan hal baru di dunia serial TV, dengan memadukan aksi bela diri dengan latar semacam post-apocalyptic realm. Sulit bagi saya untuk tidak mengingat Mad Max. Sambil menunggu tayangan-tayangan dan serial lain yang belum di-release, atau mengisi kehampaan setelah menonton The Walking Dead, Into The Badlands cukup menarik untuk diikuti. Nama AMC sendiri sudah sangat akrab di telinga para penonton serial TV AS di seluruh dunia, terutama setelah Breaking Bad dan The Walking Dead tayang di sana. Dengan keunikan yang dibawa, serial ini cukup diantisipasi (oleh saya juga tentunya). Bagaimana hasilnya? Berhubung serial ini masih fresh dan ongoing, ulasan di post ini akan saya perbarui terus seiring jadwal tayang.


Dari Episode 1

Badlands, sebuah dunia yang dibangun di atas darah (ceritanya). Di tengah kekacauan dan ketakutan akan peperangan, tujuh figur berhasil membuat sebuah sistem feodal yang menghasilkan keteraturan semu, hukum rimba, dan perbudakan. Semua senjata api ditiadakan (bagaimana bisa?) dan para Baron (pemimpin faksi) melatih budak-budak mereka menjadi pasukan pembunuh yang dinamakan Clippers. Nah, tokoh utamanya, Sunny, adalah salah satu Clippers-nya Baron Quinn dari Fort yang sangat kompeten dalam hal bunuh-membunuh dan sangat loyal. Seorang bocah dengan latar belakang misterius kemudian hadir dan menyalakan kembali lentera kemanusiaan Sunny. Percikan-percikan harapan akan kebebasan mulai terpancar di matanya, terutama setelah mendapati kondisi kekasihnya yang dilematis. 

Episode 1, serupa dengan awalan-awalan serial lainnya, tentu berisi pengenalan yang berujung pada pertanyaan-pertanyaan. Lalu, apakah pertanyaan-pertanyaan itu mengundang rasa penasaran dan membuat penonton ingin lanjut terus? Untuk saya: ya. Meski perpaduan akting, dialog, dan latar masih terasa canggung, saya masih ingin menyambung tali alur ceritanya. 


Dari Episode 2 

Cerita terus melaju dan pertanyaan kembali bermunculan. Meski belum ada perkembangan dari segi akting. Seorang Baron dengan julukan "The Widow" di sini diceritakan lebih lanjut. Saya bilang episode kali ini akan cukup memanjakan mata para pria, hehe, berhubung pesona The Widow yang memikat dan cleavages yang bertaburan di banyak adegan (ups!). Tapi tenang, itu semua di luar cerita. Yang akan saya highlight dari episode ini adalah lentera harapan di hati Sunny yang kian berkobar. Sebuah tragedi terjadi dan membuatnya berpikir lebih dalam perihal melarikan diri.

Saya agak kecewa dengan beberapa sisi dari alur cerita dalam episode kali ini. Ada beberapa hal yang terkesan terburu-buru, lalu Emily Beecham (The Widow) yang masih terlihat menyesuaikan dialeknya (berhubung dia orang Inggris) cukup mengganggu, sejenak. Di luar semua itu, episode ini kembali mengundang saya untuk lanjut ke episode-episode berikutnya.


3rd episode's coming next week


Cerita-cerita bertemakan pencarian harapan selalu menarik bagi saya. Sama seperti film-film dan serial aksi lainnya, kualitas cerita seringkali tidak berbanding lurus dengan sajian aksinya. Tetap, saya rekomendasikan pada anda, para pembaca, untuk mencoba terlebih dulu.

Thanks for reading!





2 comments:

  1. "Wolf's Breath, Dragon Fire" isn't a perfect end-cap to this season of Into the Badlands. Only some of this season's characters and running storylines actually received something resembling closure tonight. But if the measure of a good episode is one that provides equal parts stylish, butt-kicking action and character drama, then it's hard to complain much about how this season wrapped.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete